Kamis, 08 Oktober 2009

CV

Desia

Name : Desia Yunita

Place & date of birth : Jakarta, 1988 December 04

Address : Kalideres Permai Blok E2 / 15

Phone : 08179986587

021-99246347

Marital Status : Single

Religion : Katholik

Occupation : Student

Height : 165 cm

Weight : 47 kg

Shoes : 38

Shirt : M

Pants : 28-29

Formal education :

2007-present : London School of Public Relations

2004 – 2007 : Notre Dame Senior High School

2001-2004 : Notre Dame Junior High School

1995-2001 : Notre Dame Elementry School

Working Experience :

- Usher BNI at Ritz Carlton

- SPG Yamalube at PRJ 2009

- SPG Neslite at PRJ 2009

- SPG Esia 8 mobile

- SPG Esia ICS 2009

- SPG Bank Mandiri SPBU

- SPG Vitazone “Mayora”

- SPG You C 1000 at Diamond Market

- SPG Pringles at Citraland

- Usher Wedding at Kempinski Hotel

- Usher Wedding at Novotel

- Usher Samsung at J.W. Marriot

- Usher Wedding at Novotel

- Usher Wedding at Grand Hyatt

Selasa, 29 September 2009

presentasi tugas..

kelas rusuh!!

entrepreneurship

Abon Ikan Nila

Peluang bisnis dari sektor pertanian/perikanan selalu terbuka lebar, baik dari hasil pertanian/perikanan itu sendiri, maupun dari pengolahan dasil pertanian/perikanan. Hasil pertanian/perikanan yang kurang kompetitif nilainya, membuka peluang untuk mendapatkan nilai lebih melalui pengolahan lebih lanjut sebagaimana yang dilakukan Komariah (36), yang hanya lulusan SD, berikut ini.

Cerita ibu Komariah ini membangun kesadaran bagi kita semua, bahwa jiwa kewirausahaan ada di mana-mana, di pelosok sekali pun, dan tak mengenal usia, dan bahkan pendidikan. Ada dorongan halus yang menggerakkan, dan ada semangat besar yang terus mempertahankan jiwa kewirausahaan tersebut. Apakah itu? Mungkin kejelian menangkap peluang atau ada penjelasan lain?

Abon Ikan Nila Komariah

Produksi ikan nila (Tilapia nilotika) dari Waduk Ir H Djuanda Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, terbilang melimpah. Setiap hari, puluhan hingga ratusan ton nila dipanen dari petak-petak keramba jaring apung di waduk tersebut.

Hasil panen nila lebih banyak dibanding jenis ikan lain yang dibudidayakan, yaitu mas dan patin jambal. Selain relatif tahan terhadap serangan penyakit, nila memakan sisa pakan ikan mas sehingga ongkos produksinya lebih murah. Karena itu, pembudidaya menebar nila secara tumpang sari dengan ikan mas di satu petak kolam yang sama.

Peluang itu yang kemudian ditangkap Komariah (36), meskipun pendapatan Warisno (40), suaminya, sebagai pembudidaya ikan di Waduk Jatiluhur relatif cukup. Menurut warga Kampung Tegalbuah, Desa Jatimekar, Kecamatan Jatiluhur, Purwakarta itu, selain jumlah yang melimpah, nila masih dianggap sebagai ikan ”nomor dua” sehingga layak diolah dan ditingkatkan nilai ekonominya. Sebagai perbandingan, harga nila segar hanya Rp 8.000-Rp 8.500 per kilogram ketika harga ikan mas Rp 10.000-Rp 11.000 per kg.

Dengan berbekal pengetahuan seadanya, Komariah yang lulusan SDN Cimahi I, Purwakarta, mulai mengolah daging nila pada tahun 2000. Ketika itu, sebagian besar ikan hasil budidaya Waduk Jatiluhur dijual segar ke pasar tradisional dan swalayan di Purwakarta, Bandung, Jakarta, dan sekitarnya. Hanya sebagian kecil yang diolah menjadi ikan asin.

”Pelatihan pembuatan abon ikan dari Dinas Perikanan selesai tanpa tindak lanjut. Karena itu, saya mencoba membuat abon sendiri dengan peralatan seadanya di rumah,” papar Kokom, panggilan Komariah.

Ibu beranak tiga itu menawarkan abon buatannya kepada pengunjung obyek wisata Waduk Jatiluhur. Beragam komentar ia tampung untuk perbaikan.

Kapasitas produksi abon ikan Komariah kini mencapai 75 kg per minggu dengan harga jual Rp 75.000 hingga Rp 80.000 per kg. Selain ikan nila, ia juga telah memproduksi abon ikan patin jambal. Sebagian besar dipasarkan di warung-warung pedagang di obyek wisata Waduk Jatiluhur. Sisanya dijual di koperasi sejumlah instansi di lingkungan pemerintah Kabupaten Purwakarta atau Departemen Kelautan dan Perikanan.

Peralatan

Seusai mengikuti pelatihan di Dinas Perikanan pada tahun 2000, lanjutnya, sebagian peserta dari Desa Kembang Kuning dan Desa Jatimekar, Kecamatan Jatiluhur, menganggur karena keterbatasan alat dan modal. Tetapi, Kokom tidak menyerah dengan keadaan itu.

Salah satu proses paling sulit adalah memeras daging ikan goreng menjadi abon. Menurut dia, butuh alat penekan berkekuatan besar untuk memeras minyak dan menghasilkan abon berkualitas.

”Dari tahun 2000 hingga 2003, saya menggunakan seuseupan (alat pengukus berbahan bambu berbentuk kerucut yang biasa dipakai membuat nasi tumpeng) yang sekali pakai langsung rusak, ha-ha-ha,” kenang dia.

Warisno turut memutar otak membantu permasalahan istrinya. Dia membuat tulang-tulang bambu untuk memperpanjang umur seuseupan, tetapi tidak berhasil. Tiga seuseupan bertulang rusak setelah digunakan memeras 20 kilogram daging ikan.

Tahun 2003 Kokom mendapat bantuan alat dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Purwakarta. Sejak itu, produksinya meningkat dari sekitar 50 kilogram menjadi 75 kg per minggu. Kualitas abon pun meningkat karena minimnya kandungan minyak serta daya tahan simpan lebih lama.

Penghargaan

Usaha Kokom dinilai prospektif dan membantu mengurangi pengangguran di lingkungan tempat tinggal. Karena itu, bantuan dari sejumlah instansi berdatangan. Hingga akhir 2007, Kokom telah memiliki empat alat pemeras minyak, penghancur bumbu, pemarut kelapa, serta alat pengepak plastik.

Atas keberhasilan itu, Komariah meraih sejumlah penghargaan. Akhir 2005 Komariah dinobatkan sebagai pengusaha terbaik I Global Microentrepreneurship Award 2005 dari Program Pembangunan PBB (UNDP) untuk kategori pengusaha beraset di bawah Rp 5 juta.

Tahun 2006, Kokom mendapat penghargaan dari Menteri Negara Pemuda dan Olahraga RI untuk pengabdian kewirausahaan, dari Gubernur Jawa Barat, serta sejumlah pejabat di tingkat Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Purwakarta.

Kini, Kokom tidak lagi berkutat pada upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi, tetapi pemasaran. Untuk menambah wawasan dan memperluas jaringan, Kokom bergabung dengan Asosiasi Industri Kecil Menengah Agro (AIKMA) Purwakarta.

Hasilnya belum terlalu signifikan mendongkrak penjualan, tetapi abon ikan nila buatan Kokom berhak menggunakan kemasan khusus bertuliskan ”makanan khas Purwakarta” yang dicetak Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dan AIKMA Purwakarta.

Komariah dan Warisno masih berangan suatu saat abon ikan nila dan patin buatannya terus berkembang dan menjadi oleh-oleh khas Purwakarta.

”Kelak bukan hanya simping dan manisan pala yang dibeli untuk oleh-oleh, tetapi juga abon ikan. Amin,” ujar Kokom berharap.

Sumber: Kompas

Berbagi Pengetahuan

Komariah tidak sungkan membagi pengetahuan dan pengalamannya. Racikan bumbu yang oleh sebagian pengusaha makanan sangat dirahasiakan, justru ia sebarluaskan kepada siapa saja yang membutuhkan.

Ia yakin, kualitas rasa tidak diperoleh dari proses instan, tetapi melalui pencarian, penelitian, dan uji coba terus-menerus. Dengan keyakinan itu, ia tidak khawatir membagi resep.

Usai pelatihan pembuatan abon tahun 2000, tak banyak peserta yang mencoba usaha itu. Dari 20-an peserta, hanya beberapa orang yang tetap membuat abon di rumah, termasuk Kokom, panggilan Komariah. Sebagian besar ”tumbang” karena kesulitan modal dan memasarkan abon.

Ketika usaha yang digeluti Kokom membuahkan hasil, beberapa mantan peserta pelatihan tertarik kembali membuat abon ikan. Sebagian di antaranya belajar lagi kepada Kokom.

Kini telah terbentuk dua kelompok binaan, yaitu Kelompok Anggrek I di Kampung Tegabuah dan Anggrek II di Kampung Serpis, Desa Jatimekar. Semua anggota berjumlah 20-an orang. ”Mereka siap membuat kapan pun dibutuhkan,” jelas dia.

Memang, selain di rumah Komariah, sebagian mesin bantuan Dinas Pertanian, Dinas Perikanan, serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Purwakarta tersebar di Kelompok Anggrek I dan Anggrek II.

Para anggota juga terlibat dalam pemasaran. Mereka menjual abon ikan nila dalam beragam ukuran kemasan ke pedagang-pedagang di sekitar obyek wisata Waduk Jatiluhur serta instansi Pemerintah Kabupaten Purwakarta.

Sayangnya, pemasaran abon ikan nila terpengaruh daya beli masyarakat yang menurun akhir-akhir ini. Menurut Kokom, sulit menjual abon dengan harga Rp 75.000 per kilogram. Karena itu, ia mengemas abon dengan ukuran 20 ons dan dijual dengan harga Rp 15.000 hingga Rp 20.000 per kemasan. (MKN)

management strategies

Analisa Keefektifan Promosi dalam Meningkatkan Penjualan Produk

Company Profile

Target Market:

· Jenis Kelamin: Pria dan Wanita

· Tinggal di daerah pedesaan dan kota-kota kecil di Indonesia

· Tingkat edukasi: SD dan SMP

· Umur: 25 – 45 tahun

· Tingkat ekonomi: C dan C-

· Gaya hidup sederhana

PT. Sampoerna Telekomunikasi Indonesia adalah sebuah perusahaan telekomunikasi di Indonesia. Dimana output dari perusahaan tersebut adalah “Ceria” , yang merupakan Produk telekomunikasi dari PT. Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (STI) yang berbasiskan CDMA 2000 1x. Ceria berjalan di frekwensi 450Hz, yang saat ini lisensi pada frekwensi tersebut hanya dimiliki oleh Sampoerna Telekom.

Dengan memadukan teknologi spektrum frekuensi 450 MHz dengan teknologi CDMA 2000 1x, Sampoerna Telekom memiliki berbagai keunggulan, terutama dalam hal jangkauan (coverage) dan efisiensi penggunaan spektrum frekuensi. Sehingga mampu menyediakan akses telekomunikasi dengan biaya hemat sampai ke daerah-daerah yang sebelumnya tidak terjangkau atau tidak terlayani dengan baik.

Sampoerna Telekom telah memperluas layanannya hingga ke Sumatra Selatan, Jambi, Riau, Palembang, Baturaja, Lahat, Lubuk Linggau, Jawa Timur dan Jawa Tengah hingga akhir tahun lalu.

Pada saat yang sama Sampoerna juga telah memberikan layanan telekomunikasi di wilayah Jambi (Bangko dan Muarabungo) dan Provinsi Riau (Pekanbaru, Dumai, Rengat dan Tembilahan). Sebelumnya operator tersebut telah menjangkau Provinsi Lampung, Bali, dan Lombok. Sementara awal Oktober akan segera menjangkau Provinsi Sumatra Selatan, Jambi, Riau dan disusul kemudian Provinsi Jawa Timur dan Jateng. Hingga pertengahan tahun lalu, jumlah pelanggan STI telah mencapai 39.000 sambungan Ceria CDMA (digital) dan masih ada sekitar 3.000 Neon NMT (analog) yang tersebar di daerah pedesaan.

Info mengenai produk Ceria:

Berbasis ’CDMA’, Tarif Rp5,7 per DetikDUMAI—Selain dikenal sebagai perusahaan produsen rokok mild terbesar di Indonesia, PT HM Sampoerna (Tbk) melalui anak perusahaannya PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (STI) meluncurkan telepon rumah tanpa kabel berbasis Code Division Multiple Acces (CDMA) yang setakat ini sudah dipasarkan di Dumai, Duri dan sekitarnya.

Menurut MCO ‘Ceria’ wilayah Bengkalis dan Dumai, Diggo kepada Dumai Pos, akhir pekan kemarin, dari hasil pengecekan yang dilakukan pihaknya, untuk Dumai signal telpon rumah tanpa kabel itu masih dapat dijangkau dari Basilam Baru, Pelintung, Tenggayung, Sepahat, Simpang Bangko dan Duri. ‘’Kita mengetahui banyak masyarakat Dumai dan sekitarnya sudah lama meidam-idamkan agar rumahnya ada telpon. Tapi, karena ada beberapa hal keinginan itu belum terwujud. Nah, ‘Ceria’ merupakan solusinya. Sebab, untuk mewujudkan impian itu sangat mudah, konsumen cukup mendatangi outlet atau pihak yang telah kita tunjuk, dan di Dumai sendiri outletnya sudah ada. Selanjutnya dengan hanya membayar Rp399 ribu, mereka bisa membawa pulang pesawat telepon, langsung bisa digunakan,’’ jelasnya. Lebih lanjut eksekutif muda itu menjelaskan, ‘Ceria’ juga memberikan fasilitas atau kemudahan bagi konsumen. Diantaranya, sebut dia menambahkan, kapasitas buku telpon, yakni kartu itu dapat menyimpan hingga 250 nama dan nomor telpon. Artinya, konsumen tidak perlu repot-repot lagi mencatat nama berikut nomor telepon relasi mereka. ‘’’Ceria’ juga dilengkapi fasilitas SMS baik mengirim atau menerima dalam bentuk teks, termasuk kemampuan untuk menyimpan 50 SMS. Disamping pesan suara atau voice mail,’’ terangnya. Kelebihan lain, masih kata dia, ‘Ceria’ dilengkapi layanan salam pribadi, yaitu pengguna telepon rumah tanpa kabel ini memungkinkan untuk merekam salam pribadi saat yang bersangkutan tidak dapat dihubungi. Keuntungan lain, tambahnya lagi, pelanggan dapat melakukan penggilan internasional melalui Sambungan Langsung Internasional (SLI). Diggo menambahkan, ‘Ceria’ juga memanjakan konsumennya melalui fasilitas lainnya. Seperti, Caller Line Identification Restriction atau CLI-R, layanan itu memungkinkan konsumen untuk menyembunyikan nomor ‘Ceria’ dilayar telepon. Disamping dilengkapi dengan tehnologi Caller Line Identification Restriction Over (CLIR-O), yakni pengguna menampilkan penelpon yang menggunakan layanan CLI-R. ‘’Selain itu, ‘Ceria’ juga dilengkapi nada tunggu atau Call Waiting. Artinya, kita memberikan kemudahan-kemudahan atau keperluan yang memang dibutuhkan mereka,’’ ujarnya. Menyinggung pulsa, lanjut Diggo, harga yang ditawarkan ‘Ceria’ sangat ekonomis, notabene bisa dijangkau oleh segala lapisan masyarakat. Dicontohkannya, sesama ‘Ceria’ maka Rp5,7 per detik. Sementara, ke seluler (lokal, red) cuma Rp16,6 per detik, dengan menggunakan sistim real time. Artinya, tambah dia, tarif percakapan dihitung berdasarkan detik.

1. Time Context

Permasalahan mengenai iklan Ceria ini terjadi pada bulan Desember 2007. Dimana pada saat itu iklan ini baru di tayangkan di media televisi. Namun sayangnya iklan tersebut kurang mendapat respons yang baik dari khalayak masyarakat karena endorsers nya yang dianggap tidak harmonis dengan citra perusahaan raksasa Sampoerna yang terkenal akan kredibilitasnya dan target marketnya yang sudah disegmentasi dengan sangat baik, sehingga berpotensi menimbulkan citra atau image negatif terhadap perusahaan.

2. View Point

Dalam permasalahan ini, pihak yang seharusnya bertanggung jawab adalah pihak Ceria sendiri. Pihak Ceria termasuk manajemennya kurang telitii dan cermat dalam memilih endorsernya karena mereka tidak kenal dengan karakteristik endorser yang dipilih. Sehingga produk ceria tidak diminati oleh pangsa pasar karena masyarakat menilai produk Ceria memiliki karakteristik yang sama buruknya dengan endorser yang dipakai.

3. Central problem

Masalah utamanya adalah salah satu dari ketiga unsur (produk atau image perusahaan, target pasar, dan endorsers(Dewi Persik) terdapat inkonsistensi. Artinya, ketika muncul pendapat negatif terhadap Dewi Persik dan positif terhadap Sampoerna Telekomunikasi akan cenderung merubah sikap sasaran terhadap perusahaan atau merek. Pada kasus ini, Sampoerna Telekomunikasi yang akan memasarkan produk baru mereka yang bernama Ceria, telah salah memilih dan telah kurang teliti dalam memilih Dewi Persik sebagai endorsers atau bintang iklan. Popularitas Dewi Persik sebagai penyanyi dangdut rupanya telah menarik perhatian pihak management Sampoerna Telekomunikasi untuk dijadikan endorsers dalam iklannya. Sampoerna Telekomunikasi berusaha untuk memadukan antara produk atau image perusahaan, karakteristik target market atau sasaran, dan kepribadian Dewi Persik. Image Dewi Persik dimata Sampoerna Telekomunikasi begitu penting karena kemampuannya dalam menarik perhatian masyarakat. Akan tetapi, banyak pemberitaan-pemberitaan mengenai Dewi Persik yang selalu menghiasi berita selebriti.

Dalam proses komunikasi hubungan antara beliefs, attitudes, dan behavior sangat penting bagi marketer karena hubungan tersebut memberikan indikasi kesuksesan strategi pemasaran Jika iklan sukses dalam menciptakan positive beliefs (dalam hal ini Sampoerna Telekomunikasi memberikan solusi bagi penduduk sub urban untuk menikmati komunikasi mudah) terhadap merek, kemungkinan sasaran akan mengevaluasi merek secara positif dan memutuskan untuk membelinya. Akan tetapi, Dewi Persik merupakan endorser yang bermasalah, karena image Dewi Persik di mata masyarakat itu tidak baik.Hal ini menyebabkan masyarakat menganggap merek Ceria sama dengan kepribadian Dewi Persik dan juga menyebabkan citra perusahaan menjadi buruk.

Pada dasarnya citra perusahaan yang mengeluarkan Ceria ini sudah baik di mata masyarakat, hanya saja endorsers yang dipakai yang membuat tidak singkron, sehingga menyebabkan product ini tidak laku. Pihak management yang kurang teliti dalam menganalisa lingkungan, mengambil keputusan dan melihat karakteristik dan citra endorsers inilah yang menyebabkan product tersebut kurang marak dipasaran, dan juga mempengaruhi citra perusahaan. Penggunaan Dewi Persik sebagai endorsers dalam iklan Ceria beresiko terhadap pembentukan sikap positif terhadap merek atau image perusahaan.

4. Objective

Must

Yang harus dilakukan oleh pihak Ceria dalam masalah ini adalah bagaimana memperbaiki image yang negatif dimata masyarakat karena sebagaimana yang kita ketahui, iklan ceria yang ditayangkan di televisi dapat dikatakan gagal. Ceria memilih Dewi Persik sebagai endorsers/ bintang iklan mereka yang mana kita ketahui Dewi Persik adalah seorang artis dengan banyaknya kontroversi negaif belakangan ini dan kurang memiliki image baik dimata masyarakat. Pihak Ceria harus bisa mengembalikan citra perusahaan sehingga Ceria dapat dikenal masyarakat dan bahkan dapat bersaing dengan jaringan komunikasi telepon lainnya.

Want

Ceria menginginkan produknya dapat diterima masyarakat. Tentunya Ceria juga ingin dapat bersaing dengan para kompetitornya baik dalam lingkup yang sama maupun yang berbeda. Pihak Ceria harus dapat memperbaiki citranya di kalangan masyarakat terlebih dahulu dan setelah itu Ceria harus mulai menyusun strategi untuk menyaingi dan mengalahkan kompetitornya. Oleh karena itu demi pelaksanaan keinginan mereka, Perbaikan citra dari Ceria sendiri harus diiringi dengan pengembangan atau peningkatan kualitas dari produk Ceria itu sendiri.

5. Area of consideration

Internal

Dilihat dari pihak internal yang merupakan pihak management yang kurang teliti dalam menganalisa antara lingkungan, karakteristik dan citra perusahaan, dengan citra endorser, sehingga menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan untuk memakai Dewi Persik sebagai endorser produk Ceria.Popularitas Dewi Persik sebagai penyanyi dangdut rupanya telah menarik perhatian pihak management Sampoerna Telekomunikasi untuk dijadikan endorsers dalam iklannya.

Sampoerna Telekomunikasi berusaha untuk memadukan antara produk atau image perusahaan, karakteristik target market atau sasaran, dan kepribadian Dewi Persik. Image Dewi Persik dimata Sampoerna Telekomunikasi begitu penting karena kemampuannya dalam menarik perhatian masyarakat. Pihak sampoerna menganggap anggapan bahwa exposure Dewi Persik di berita selebriti membantu efektivitas iklan Sampoerna Telekomunikasi dalam menciptakan awareness.Tapi, yang terjadi malah sebaliknya.

Eksternal

Tujuan menciptakan awareness dikalangan target market berpotensii menimbulkan sikap negatif terhadap merek atau image perusahaan. Telah diketahui, bahwa banyak pemberitaan-pemberitaan mengenai Dewi Persik yang selalu menghiasi berita selebriti. Hal ini akan membawa efek negatif pula bagi produk yang di iklankannya. Masyarakat yang menilai Dewi Persik dari pemberitaan negatif yang muncul, maka masyarakat mengamggap produk Ceria ini sama dengan image yang ditampilkan Dewi Persik. Dalam proses komunikasi hubungan antara beliefs, attitudes, dan behavior sangat penting bagi marketer karena hubungan tersebut memberikan indikasi kesuksesan strategi pemasaran.

Jika iklan sukses dalam menciptakan positive beliefs (dalam hal ini Sampoerna Telekomunikasi memberikan solusi bagi penduduk sub urban untuk menikmati komunikasi mudah) terhadap merek, kemungkinan sasaran akan mengevaluasi merek secara positif dan memutuskan untuk membelinya. Akan tetapi, Dewi Persik merupakan endorser yang bermasalah, karena image Dewi Persik di mata masyarakat itu tidak baik. Tanggapan dari masyarakat terbukti dengan tidak maraknya Ceria dipasaran.

6. Alternative course of action

1. Yang sebaiknya dilakukan oleh pihak ceria adalah dengan mengganti cara promosi produknya kepada masyarakat.

2. Karena target dari ceria adalah masyarakat kalangan bawah maka sebaiknya pihak ceria manyampaikan produknya melalui media cetak, media elektronik. Media elektronik, iklan lebih sering didengarkan di radio-radio karena masih jarang sekali masyarakat memiliki televisi. Sedangkan di media cetak iklan di tempatkan pada koran, brosur, spanduk.

3. Lebih fokus pada apa yang ingin disampaikan oleh pihak ceria kepada masyarakat. Seperti produk yang di keluarkan memilikii harga yang terjangkau, Tarif untuk melakukan komunikasi juga bersaing, kualitas sinyal yang bagus sehingga tidak menganggu saat malakukan komunikasi.

4. Mengganti model iklan ceria karena kurang menarik dan iklannya kurang dapat di terima oleh masyarakat.

7. Action plan

1. Menggunakan media promosi dengan sebaik mungkin agar biaya yang di gunakan untuk promosi tidak terbuang sia-sia

2. Membagikan telepon tersebut secara cuma-cuma (gratis) kepada kepala desa sehingga warganya dapat membuktikan sendirii kelebihan dari telepon tersebut.

3. Adanya promosi promosi yang menarik sehingga membuat masyarakat tertarik untuk membelinya.

4. Kualitas telepon maupun sinyal yang bagus, sehingga masyarakat merasa puas dan tidak kecewa setelah membeli produk tersebut.

basic management and accounting

Proses of comparing General Environment Force/ Factor between Ford and General Motors

Nama Kelompok :
Desia Yunita
Irene Saskia
Ratna Dewi
Sherly

Stefani Rahardja
William

Kelas: Marketing XI-2C



Customers
Ford
Gender: Pria 80% dan Wanita 20%
Usia: 26 - 40
Status Sosial: A-B
Gaya Hidup: Suka berkendara, high class
Pekerjaan: Manager, Supervisor
Tinggal di kota-kota besar

General Motors
Gender: Pria 90% dan Wanita 10%
Usia: 30 – 50
Status Sosial: A – B
Gaya Hidup : Suka menjelajah dan bertualang
Pekerjaan: Manager
Tinggal di kota-kota besar

Competitors
Ford
Honda, Toyota

General Motors
Toyota, Ford, Chrysler

Suppliers
Ford
Saat ini disuplai oleh perusahaan Ford sendiri

General Motors
Suplai untuk pembuatan mobil dilakukan oleh GM Manufacturer. Selain itu GM juga berkolaborasi dalam membuat mesin dengan GM Daewoo, Isuzu, BMW, Toyota, Ford, Renault, AvtoVAZ, Fiat, Shanghai Automotive

Stakeholders
Ford
Ford Motor Company, di seluruh dunia langsung melalui Operasi Pasar (WDMO), telah menunjuk Otomotif Supplies Ekspor (AES) sebagai distributor global untuk bantuan dan pengembangan lembaga. Peter Pasgaard akan menjadi AES mengelola direktur penjualan harian yang bertanggung jawab untuk operasi. AES didasarkan pada Svendborg, Denmark, dan akan bergabung Land Rover Proyek Kendaraan (LFPV) dari Kerajaan Inggris sebagai distributor kedua Ford disetujui untuk menjual mobil dan truk Ford kepada badan-badan bantuan dan pembangunan

General Motors
• Semua karyawan memiliki kesempatan untuk berpartisipasi
• Kepemimpinan di dalam setiap unit usaha yang sedang bekerja pada rencana aksi untuk mencapai perbaikan lebih lanjut
• menjaga karyawan tentang kelompok kegiatan usaha dan sumber daya yang tersedia dari pusat keahlian dalam korporasi

Pressure Groups
Ford
Organisasi Hamas, yaitu organisasi yang terdiri dari para ulama yang berada di Timur Tengah melakukan boikot terhadap produk-produk asal Amerika, dan salah satu produknya adalah Ford

General Motors
Organisasi Perjuangan Muslimin di Timur Tengah melakukan boikot terhadap perusahaan yang berafiliasi dengan General Motors dan General Motors itu sendiri

Economic Conditions
Ford
• Tahun 2008, penjualan Ford diseluruh dunia kurang memuaskan. Namun dari empat kawasan penjualan Ford, tia diantaranya masih memperoleh untung seperti di Pasifik Selatan, Eropa dan Amerika Selatan. Kerugian hanya diderita dari penjualan di Amerika Utara. Sementara penjualan di Indonesia pada bulan Oktober lalu masih normal mencapai 925 unit.
• Indonesia ditempatkan sebagai salah satu potensi pasar strategis yang tengah berkembang pesat untuk Ford Asia Pasifik & Afrika. Sehingga Ford berkomitmen untuk terus menanamkan investasinya dalam rangka pengembangan bisnis di wilayah ASEAN. Dan, sekaligus menjadikan Indonesia sebagai salah satu kawasan penting dalam pertumbuhan Ford Asia Pasifik dan Afrika.

General Motors
General Motors (GM) yang menghasilkan mobil Chevrolet akan menaikkan harga jual produknya seiring dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) dan naiknya BI Rate hingga 9,5 persen

Political/ Legal Conditions
Ford
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL

General Motors
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL

Sociocultural
Ford
• PT Ford Motor Indonesia (FMI) menggelar program Global Week of Caring sebagai inisiatif Corporate Social Responsibility (CSR) Ford global
• Bersamaan dengan Global Week of Caring, inisiatif Corporate Social Responsibility Ford Global dengan memberikan dukungan terhadap pendidikan anak-anak yatim piatu
• Ford Foundation Jakarta mendukung kegiatan-kegiatan di enam sektor kunci: filantrofi, lingkungan hidup dan pembangunan, media seni dan budaya, penyelidikan dan beasiswa, seksualitas dan kesehatan reproduksi, tata pemerintahan dan masyarakat sipil.

General Motors Indonesia
• Menggalang acara donor darah di GM Indonesia staff tahun 2004.
• Mengadakan “AIDS/HIV and Drugs Awareness Program” untuk orang-orang di Selajambe, Sukabumi, dalam kerjasama dengan Universitas Hidayatullah Indonesia dan organisasi HIV/AIDS pada 2004.
• Membantu dalam pembangunan perumahan in Sukatani Village, Cikarang, yang hancur akibat banjir pada tahun 2002.
• mendapatkan ISO 14001 certification tahun 2002.
• Menyediakan pemeriksaan kesehatan di daerah sekitar GM di Bekasi pada tahun 2001.
• GMI menyumbangkan IDR 14 m (US$ 1,600) melalui Media Group and ratusan baju serta dengan bantuan the Relief Post di Jakarta untuk membantu korban tsunami Aceh

Government
Ford
• FORD mengajukan USAHA DARI KANADA UNTUK RENCANA PEMERINTAH
Ford diserahkan kepada pemerintah dan Kanada Ontario dan rencana bisnis, mengatakan ia berharap kedua-nya secara keseluruhan dan Amerika Utara Otomotif bisnis pra-hasil pajak yang akan breakeven atau menguntungkan di 2011
• Ford Motor Company mengumumkan kemitraan dengan Thailand Sains dan Teknologi Nasional Administrasi Pembangunan (NSTDA) untuk mengembangkan sistem pendekatan dan kemampuan teknis untuk produksi dalam negeri dan penggunaan bahan bakar bio-ethanol

Global
Ford
Ford telah memiliki banyak sekali cabang di dunia, seperti;
• North America: Canada, Mexico, dan USA
• Eropa: UK, German, dll
• Asia Pasifik: Indonesia, Jepang, Singapur, dll
• Amerika Latin: Argentina, Brazil, dll
• Timur Tengah: Irak, Israel, dll
• Afrika: Ghana, Mesir, dll
• Caribia: Bahama, Bermuda, dll

General Motors
GM terdapat di Negara Kanada, Mexico, Amerika, Ecuador, Columbia, Brazil, Mesir, Afrika Selatan, Eropa, India, Thailand, China, Korea Selatan, Jepang, dan Australia

Technological Conditions
Ford
Teknologi dalam Ford Company sangatlah inovatif dan kreatif, hal ini dapat kita lihat dari:
• Eksperimen yang dilakukan oleh perusahaan tersebut untuk mesin dengan alternatif bahan bakar pengganti bensin seperti bahan bakar fosil yaitu CNG (compressed natural gas) dimana kendaraan tersebut memiliki 2 tangki bahan bakar, yaitu untuk CNG dan bensin. Saat ini mesin dengan bahan bakar tersebut telah digunakan oleh Ford Crown Victoria.
• Biofuel / FFV (flexible fuel vehicles). Saat ini kendaraan Ford yang telah menggunakan bahan bakar tersebut adalah Ford F-150, Ford Crown Victoria, Ford Focus FFV, Ford Taurus, Ford Ranger, Ford Explorer, Mercury Grand Marquis, Lincoln Town Car.
• Selain itu Ford juga memiliki kendaraan dengan bahan bakar hidrogen, dan juga hybrid dimana bahan bakar ini memiliki polusi udara dan suara yang sangat rendah. Pada tahun 2005, Ford mengeluarkan mobil yang sangat efisien dalam penggunaan bahan bakar yaitu Hybrid Electric Escape. Pada tahun 2008 Ford mengeluarkan seri terbarunya yaitu Ford Fusion dan Mercury Milan Hybrid. Pada tahun 2009 ini Ford berencana untuk mengeluarkan seri terbarunya yaitu Ford Edge dan Lincoln MKX. Ke depannya Ford memiliki visi yaitu untuk menjadi mobil dengan bahan bakar teirit, hal ini dapat kita lihat dari rencana dikeluarkannya Ford Fiesta pada tahun 2012, yaitu mobil dengan bahan bakar “EcoBoost” V-6 dan mesin 4 silinder.

General Motors
Teknologi GM sangat mengikuti perkembangan zaman dan selalu memberikan inovasi baru. Hal ini dapat dilihat dari:
• May 2004, GM memperkenalkan suatu teknologi terbaru yaitu mobil pick up dengan mesin hybrid, dan juga mobil penumpang bertenaga hybrid. Hybrid sendiri adalah mesin yang menggunakan 2 bahan bakar sekaligus, dalam konteks ini 2 bahan bakar tersebut adalah bensin dan listrik. Sehingga lebih ramah lingkungan dan lebih irit.
• Pada tahun 2005, Opel, yaitu merek mobil yang berada di bawah nama GM mengeluarkan mobil Opel Astra dengan mesin diesel hybrid.
• Pada tahun 2006, Saturn mengeluarkan seri terbarunya yaitu Saturn Vue Green Line yang mana mobil ini adalah mobil keluarga dengan mesin hybrid, serta design yang kalem.
• GM juga menawarkan 2 tipe mesin hybrid. Jenis mesin hybrid yang pertama dinamakan “Mild Hybrid” atau “BAS”system, yang mana mesin ii digunakan oleh Silverado Hybrid, Saturn Vue, dan Chevrolet Malibu. Jenis mesin hybrid yang kedua adalah “Two-Mode Hybrid” yang mena mesin ini merupakan hasil kolaborasi antara Daimler Chrysler dan BMW, jenis mesin ini digunakan oleh Chevrolet Tahoe/ GMC Yukon.
• Pada tahun 2009 ini GM akan memperkenalkan mobilnya yaitu Saturn Vue Green Line Hybrid, Saturn Aura Green Line Hybrid, GMC Yukon Hybrid, Chevrolet Malibu Hybrid, Chevrolet Tahoe Hybrid, dan Cadillac Escalade Hybrid.
• Dan untuk tahun 2010 atau 2011, GM berencana akan memperkenalkan Chevrolet Volt, yaitu mobil bermesin elektrik dengan back-up generators, menggunakan tenaga bensin, E85, atau bahan bakar minyak lain.

Tionghoa-Indonesia

Tionghoa-Indonesia

Ilustrasi pedagang Tionghoa di Banten

Jumlah populasi 1.739.000 (sensus 2000) dan ± 4-5 juta (perkiraan)

Kawasan dengan jumlah penduduk yang signifikan

Jawa, Kalimantan Barat, Sumatra, Bangka-Belitung dan Sulawesi Selatan.

Bahasa

Hokkien, Hakka, Tiochiu, Mandarin, Jawa, Indonesia dan bahasa-bahasa daerah lainnya.

Agama

Sebagian besar Buddha, Kong Hu Cu dan Kristen. Minoritas kecil ada yang beragama Islam.

Kelompok etnis terdekat

Mayoritas suku Han dan minoritas suku Hui di Cina.

Sukubangsa Tionghoa di Indonesia adalah salah satu etnis penting di Indonesia. Biasanya mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang (Hokkien), Tengnang (Tiochiu), atau Thongnyin (Hakka). Sedangkan dalam dialek Mandarin disebut Tangren (Hanzi: , bahasa Indonesia: Orang Tang). Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa orang Tionghoa Indonesia mayoritas berasal dari Cina Selatan yang menyebut diri mereka sebagai orang Tang, sedangkan Cina Utara menyebut diri mereka sebagai orang Han (Hanzi: hanyu pinyin: hanren, bahasa Indonesia: Orang Han).

Leluhur orang Tionghoa Indonesia telah berimigrasi secara periodik dan bergelombang sejak ribuan tahun yang lalu. Mereka memegang penting dalam sejarah Indonesia, bahkan sebelum Republik Indonesia dideklarasikan dan terbentuk. Catatan-catatan literatur Cina menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan kuna di Nusantara telah berhubungan erat dengan dinasti-dinasti yang berkuasa di Cina. Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas barang maupun manusia dari Cina ke Nusantara dan sebaliknya.

Setelah negara Indonesia merdeka, orang Tionghoa yang berkewarganegaraan Indonesia digolongkan sebagai salah satu suku dalam lingkup nasional Indonesia, sesuai Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.

Asal kata

Tionghoa atau tionghwa, adalah istilah yang dibuat sendiri oleh orang keturunan Cina di Indonesia, yang berasal dari kata zhonghua dalam Bahasa Mandarin. Zhonghua dalam dialek Hokkian dilafalkan sebagai Tionghoa.

Wacana Cung Hwa setidaknya sudah dimulai sejak tahun 1880, yaitu adanya keinginan dari orang-orang di Cina untuk terbebas dari kekuasaan dinasti kerajaan dan membentuk suatu negara yang lebih demokratis dan kuat. Wacana ini sampai terdengar oleh orang asal Cina yang bermukim di Hindia Belanda yang ketika itu dinamakan Orang Cina. Panggilan "Cina" ini, diduga berasal dari kosa kata "Ching (Qing)", yaitu nama dari Dinasti Ching yang kala itu berkuasa.

Sekelompok orang asal Cina yang anak-anaknya lahir di Hindia Belanda, merasa perlu mempelajari kebudayaan dan bahasanya. Pada tahun 1900, mereka mendirikan sekolah di Hindia Belanda, di bawah naungan suatu badan yang dinamakan "Tjung Hwa Hwei Kwan", yang bila lafalnya diindonesiakan menjadi Tiong Hoa Hwe Kwan (THHK). THHK dalam perjalanannya bukan saja memberikan pendidikan bahasa dan kebudayaan Cina, tapi juga menumbuhkan rasa persatuan orang-orang Tionghoa di Hindia Belanda, seiring dengan perubahan istilah "Cina" menjadi "Tionghoa" di Hindia Belanda.

Kronologi sejarah

Bangsa Cina telah ribuan tahun mengunjungi kepulauan Nusantara. Salah satu catatan-catatan tertua ditulis oleh para agamawan Fa Hsien pada abad ke-4 dan terutama I Ching pada abad ke-7. I Ching ingin datang ke India untuk mempelajari agama Buddha dan singgah dulu di Nusantara untuk belajar bahasa Sansekerta dahulu. Di Jawa ia berguru pada seseorang bernama Jñânabhadra.

Kemudian dengan berkembangnya negara-negara kerajaan di tanah Jawa mulai abad ke-8, para imigran Cinapun mulai berdatangan. Pada prasasti-prasasti dari Jawa orang Cina disebut-sebut sebagai warga asing yang menetap di samping nama-nama sukubangsa dari Nusantara, daratan Asia Tenggara dan anakbenua India. Dalam prasasti-prasasti ini orang-orang Tionghoa disebut sebagai Cina dan seringkali jika disebut dihubungkan dengan sebuah jabatan bernama Juru Cina atau kepala orang-orang Tionghoa.

Jumlah populasi Tionghoa di Indonesia

Berdasarkan Volkstelling (sensus) di masa Hindia Belanda, populasi Tionghoa-Indonesia mencapai 1.233.000 (2,03%) dari penduduk Indonesia di tahun 1930.[4] Tidak ada data resmi mengenai jumlah populasi Tionghoa di Indonesia dikeluarkan pemerintah sejak Indonesia merdeka. Namun ahli antropologi Amerika, G.W. Skinner, dalam risetnya pernah memperkirakan populasi masyarakat Tionghoa di Indonesia mencapai 2.505.000 (2,5%) pada tahun 1961.

Dalam sensus penduduk pada tahun 2000, ketika responden sensus ditanyakan mengenai asal suku mereka, hanya 1% dari jumlah keseluruhan populasi Indonesia mengaku sebagai Tionghoa. Perkiraan kasar yang dipercaya mengenai jumlah suku Tionghoa-Indonesia saat ini ialah berada di antara kisaran 4% - 5% dari seluruh jumlah populasi Indonesia.


Peran sosial budaya Tionghoa

Didirikannya sekolah-sekolah Tionghoa oleh organisasi Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) sejak 1900, mendorong berkembangnya pers dan sastra Melayu Tionghoa. Maka dalam waktu 70 tahun telah dihasilkan sekitar 3000 buku, suatu prestasi yang luar biasa bila dibandingkan dengan sastra yang dihasilkan oleh angkatan pujangga baru, angkatan 45, 66 dan pasca 66 yang tidak seproduktif itu. Dengan demikian komunitas ini telah berjasa dalam membentuk satu awal perkembangan bahasa Indonesia.

Di Medan dikenal kedermawanan Tjong A Fie, rasa hormatnya terhadap Sultan Deli Makmun Al Rasyid diwujudkannya pengusaha Tionghoa ini dengan menyumbang sepertiga dari pembangunan Mesjid Raya Medan.

Saat ini di Taman Mini Indonesia Indah sedang dibangun taman budaya Tionghoa Indonesia yang diprakarsai oleh PSMTI. Pembangunan taman ini direncanakan akan selesai sebelum tahun 2012 dengan biaya lebih kurang 50 milyar rupiah.

Kesenian

Memakan Kue Bulan

Pada jaman Dinasti Yuan, rakyat Han pada saat itu menentang pemerintahan Mongol dari Dinasti Yuan, dan para pemberontak, dipimpin oleh Shu Yuan Zhang, merencanakan untuk mengambil alih pemerintahan. Shu bingung memikirkan bagaimana cara menyatukan rakyat untuk memberontak pada hari yang sama tanpa diketahui oleh pemerintah Mongol.

Salah seorang penasehat terpercayanya akhirnya menemukan sebuah ide. Sebuah berita disebarkan bahwa akan ada bencana besar yang akan menimpa negeri Tiongkok dan hanya dengan memakan kue bulan yang dibagikan oleh para pemberontak dapat mencegah bencana tersebut. Kue bulan tersebut hanya dibagikan kepada rakyat Han, yang akan menemukan pesan “Revolusi pada tanggal lima belas bulan delapan” pada saat membukanya.

Karena pemberitahuan itu, rakyat bersama-sama melakukan aksi pada tanggal yang ditentukan untuk menggulingkan Dinasti Yuan. Dan sejak saat itu kue bulan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Perayaan Pertengahan Musim Gugur.

Cheongsam

Cheongsam adalah pakaian wanita dengan corak bangsa Tionghoa dan menikmati kesuksesan dalam dunia busana internasional.

Nama “Cheongsam” berarti “pakaian panjang”, diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dari dialek Propinsi Guangdong (Canton) di Tiongkok. Pada daerah lain, termasuk Beijing, dikenal dengan nama “Qipao”, yang terdapat asal usul dibelakangnya.

Pada awal bangsa Manchu (Dinasti Qing) menguasai Tiongkok, mereka mengorganisasi rakyat, terutama bangsa Manchu, ke dalam “panji” (qi) dan disebut “rakyat panji” (qiren), yang lalu menjadi sebutan bagi seluruh bangsa Manchu. Wanita bangsa Manchu mengenakan pakaian yang lalu dinamakan “qipao” atau “pakaian panji”. Revolusi tahun A.D. 1911 menggulingkan kekuasaan bangsa Manchu, namun kebiasaan pakaian wanita bangsa Manchu tetap bertahan, kemudian dikembangkan dan menjadi pakaian tradisional wanita bangsa Cina.

Mudah dikenakan dan nyaman, bentuk pakaian Cheongsam cocok dengan bentuk tubuh wanita bangsa Tionghoa. Leher tinggi, lengkung leher baju tertutup, dan lengan baju bisa pendek, sedang atau panjang, tergantung musim dan selera. Memiliki kancing di sisi kanan, bagian dada longgar, selayak di pinggang, dan dibelah dari sisi, yang kesemuanya semakin menonjolkan kecantikan dari wanita yang mengenakannya.

Cheongsam tidak terlalu sudah dibuat. Tidak pula memiliki banyak perlengkapan, seperti sabuk, atau selendang.

Kecantikan lain dari Cheongsam adalah dapat dibuat dari berbagai macam bahan dan memiliki keragaman panjang, dapat digunakan secara santai atau resmi. Juga menampilkan kesederhanaan dan keanggunan, kemewahan dan kerapian. Tidak mengherankan banyak disukai oleh wanita, tidak hanya di Tiongkok namun juga di negara-negara lain di dunia.